Selasa, 29 Oktober 2019

LAWAN ADALAH KAWAN YANG DULU KITA LAWAN

Politik dalam praktiknya, merupakan proses untuk mempertahankan, meraih dan mengambil bagian dalam kekuasaan, khususnya dalam sistem pemerintahan.
Politik juga bisa ditinjau dari pandangan lain, yakni dari pandangan Aristoteles, bahwa politik merupakan suatu usaha yang ditempuh oleh warga negara demi mencapai kebaikan bersama. Setiap negara menjalani aktivitas politik ini, termasuk Indonesia.

Dewasa ini, di negara Indonesia baru saja terjadi pergolakan politik yang bisa dibilang panas. perebutan kekuasaan ini dilakukan oleh capres Joko Widodo, dan Prabowo, dengan didampingi oleh cawapres Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Pergolakan ini terjadi pada beberapa bulan lalu, yaitu pada bulan Maret 2019.

Aktivitas politik ini sampai naik ke dalam sesi perdebatan antara kedua kubu paslon 01 dan paslon 02. Hal itu membuat para pendukung meyakini bahwa kedua paslon adalah benar-benar saling memusuhi
sebab sebelum itu, terjadi beberapa kerusuhan yang membawa nama politik indonesia. Sehingga bisa dikatakan politik beberapa bulan yang lalu adalah politik yang panas.

Politik tak ubahnya sebuah kontes, dimana setiap kontestan berusaha dalam memperebutkan hadiah kontes tersebut. Dalam kontes, kemenangan dan kekalah pasti akan selalu ada, entah bagaimanapun penampilan kontestan di atas arena perlombaan, mau baik atau buruk, hasilnya tetap di tangan sang juri. Dan bila saja ada segelintir kontestan atau pendukung kontestan yang berbuat anarkis dalam ketidakterimaannya terhadap keputusan juri, maka justru pihak merekalah yang akan terkena dampak buruk.

Telah dikatakan  bahwa antara politik dan sebuah perlombaan atau kontes pasti akan ada yang kalah dan menang, sebab itulah muncul jargon “di atas lawan, di bawah kawan”. Hal ini sudah timbul di ranah perpolitikan indonesia, sebab dapat dilihat dengan jelas oleh mata kepala kita sendiri melalui media-media yang begitu cepat tersebar, bahwa baru saja capres nomor urut 02 (prabowo subianto) diangkat oleh capres nomor urut 01 (joko widodo) sebagai mentri pertahanan. Ini adalah fenomena yang mencengangkan bagi masyarakat indonesia

Dan dari hal tersebut kita dapat menarik pelajaran bahwa tidak selamanya musuh akan tetap menjadi musuh, bahkan, kadangkala di antara kebencian tumbuh rasa cinta. Dan itu adalah hal yang sah-sah saja. Maka dari itu kita sebagai para pendukung jangan terlalu terkecoh oleh hal-hal yang kita sepelekan, dan juga jangan terlalu membenci sesuatu yang tidak kita sukai, sebab Allah SWT pun telah berfirman:
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)
(YHY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar